Monday 21 December 2015

LibrarianOnLine Quiz #LOLQuiz


Seperti janji saya pada LOL Eps.4 ketika berkunjung di TBM Guyub Rukun bahwa LOL akan mengadakan Quiz, pada Episode ke-6 ini LOL akan mencoba menepati janjinya. Lalu lomba macam apa yang akan diselenggarakan oleh LOL. Caranya cukup singkat ternyata. Lomba ini akan diselenggarakan di Facebook. Jadi teman-teman yang ingin mengikuti lomba ini harus memiliki akun facebook. Lombanya adalah Memvote Episode LOL favorit teman-teman dari episode 1 sampai dengan episode 6 ini.

Setelah memvote episode favorit, teman-teman juga harus memberikan alasan yang menarik dan unik. Nah, disitulah akan saya nilai orisinalitas dan keunikan komentar dari teman-teman. Lomba ini saya buat bukan tanpa dasar, selain untuk membuat aktivitas virtual, lomba ini saya tujukan untuk mengevaluasi video yang telah saya unggah pada 6 minggu terakhir ini. Saya ingin mendengarkan kritikan dan saran dari teman-teman yang menyaksikan LOL mulai dari Eps.1. Selain mengomentari jangan lupa sertakan tagar/hashtag #LOL #LibrarianOnLine #LOLQuiz dan #KIMV lalu mention kea kun facebook saya Thoriq Tri Prabowo.

Jadi ingat kan teman-teman apa saja yang harus dilakukan?
1. Vote LOL Episode Favorit kalian
2. Berikan alas an, kritik dan komentar yang menarik
3. Sertakan tagar/hashtag #LOL #LibrarianOnLine #LOLQuiz dan #KIMV
4. Mention akun facebook saya (Thoriq Tri Prabowo)

Sesuai janji saya kemarin. 2 komentator terbaik akan saya beri hadiah berupa Kaos Merch TBM Guyub Rukun dan 1 Buah buku yang saya ikut berpartisipasi menulis “Bangga Menjadi Pustakawan”. Sangat menarik bukan? Tunggu apa lagi? Ayo ikuti kuisnya!

Kaos Merch TBM Guyub Rukun

Informasi selanjutnya silakan saksikan penjelasannya di video LOL #LibrarianOnLine Eps.6 di bawah ini:


Tuesday 15 December 2015

Jalan-Jalan ke Perpustakaan Masjid Al-Manar


Berbicara mengenai dunia kepustakaan, maka tidak bisa dilepaskan dari sejarah perpustakaan itu sendiri. Terlebih kepustakaan dalam konteks islam, untuk mempelajarinya peneliti wajib membaca literatur-literatur yang berkaitan dengan sejarah kepustakaan islam. Seperti yang diketahui, bahwa peradaban Islam di Timur Tengah pernah mencapai puncak kejayaan pada masa lampau, hal tersebut sejalan dengan perkembangan pengetahuan yang terjadi pada masa itu. Artinya, pengetahuan menentukan maju atau tidaknya sebuah peradaban.

Konsep-konsep yang masih dipraktekkan hingga saat ini sebagian besar adalah konsep yang sudah diterapkan pada masa lalu. Sehingga sudah sangat wajar jika umat Islam (khususnya) untuk mempelajari perkembangan pengetahuan dan kepustakaan pada masa kejayaan kepustakaan Islam untuk mengembalikan kejayaan yang pernah dicapai.

Jika dibandingkan Negara-negara di Timur Tengah dan Eropa, mungkin sejarah kepustakaan Islam di Nusantara masih sedikit tertinggal. Namun khazanah kepustakaan masjid di Nusantara juga tidak kalah menarik untuk dipelajari, khususnya Masjid-Masjid di era modern ini. Masjid memiliki banyak fungsi, yang salah satunya adalah sebagai lembaga pendidikan. Agar fungsi ini dapat menunjang kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan tata kehidupan umat dan berjalan dengan baik dan optimal, perlu adanya sarana dan prasarana penunjang.

Masjid Al-Manar

Salah satu sarana dan prasarana penunjang masjid sebagai lembaga pendidikan adalah perpustakaan, yang mana dengan perpustakaan, akan tersedia sarana bacaan yang dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan keagamaan bagi umat islam.  Perpustakaan masjid merupakan salah satu jenis dari perpustakaan khusus, yaitu perpustakan yang ada di tempat ibadah (masjid). Perpustakaan Masjid di lingkungan Yogyakarta memang sangat banyak. Satu hal yang menarik perhatian saya (yang memotivasi untuk membuat Video LOL #LibrarianOnLine Eps.5 ini) adalah Perpustakaan Masjid Al-Manar. Masjid tersebut berlokasi di Jurugentong, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta (Belakang JEC).

Monday 7 December 2015

Rahasia Dapur TBM Guyub Rukun


TBM, begitu mendengarnya bagi kalangan akademisi dan praktisi perpustakaan dan informasi mungkin tidak asing. Iya, TBM merupakan kependekan dari Taman Baca Masyarakat. Yaitu semacam perpustakaan yang berdiri karena swadaya masyarakat atau perorangan. Saya tidak akan membahas panjang lebar mengenai definisi TBM, atau mengasosiasikan definisi TBM tersebut dengan definisi perpustakaan. Dalam postingan kali ini saya akan membahas salah satu pengalaman saya jalan-jalan ke TBM yang saat ini cukup popular karena keunikannya di Jogja. TBM yang saya maksud adalah TBM Guyub Rukun, sedikit berbeda dengan TBM yang lain yang biasanya terdapat di dalam rumah, TBM ini berada di teras rumah sehingga TBM-pun berasal dari istilah (Teras Baca Masyarakat).

Foto Triyanto Bersama Saya


Foto Kegiatan Parenting di TBM Guyub Rukun

Sedikit berkenalan dengan penggagas dan pengelolanya yang merupakan teman kuliah saya di Ilmu Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga yaitu Triyanto. Triyanto adalah sosok yang bisa dibilang tidak terduga dalam pengembangan TBM ini, banyak yang tidak menduga namanya akan setenar ini dalam komunitas TBM di Yogyakarta. Pasalnya sewaktu kuliah Triyanto (yang akrab dipanggil dengan Timbul) itu adalah sosok yang pendiam dan jarang diketahui gelagat aktivitasnya, terutama dalam kegiatan yang berhubungan dengan kepustakawanan dan minat baca. Namun, siapa disangka Triyanto menjadi Kuda Hitam untuk mendongkrak minat baca di lingkungannya, yang cukup menginspirasi anak-anak muda yang lain. Beralasan dari kesamaan visi dan misi ini saya host LOL #LibrarianOnLine tertarik untuk jalan-jalan dan sedikit bertanya mengenai rahasia dapur kesuksesannya.

Tuesday 1 December 2015

Moh. Mursyid: Menulis Itu Ibarat Memasak


Lagi, saya akan berbicara mengenai tulisan. Seperti janji saya di LOL Eps.2 kemarin, saya akan berdiskusi dengan penulis pustakawan yang sudah ahli dan melalang buana, yaitu adalah Moh. Mursyid. Saya mengatakan demikian karena Ia memang pustakawan yang ahli di bidang kepenulisan, terbukti sudah beberapa buku yang Ia tulis dan terbitkan beberapa di antaranya adalah: Gerakan Literasi Membangun Negeri, Pustakawan dan Media Massa, Pembelajaran yang Menarik, Bangga Menjadi Pustakawan, Be A Writer Librarian (akan segera terbit) dan banyak artikel di media massa (Koran).
Moh. Mursyid

Banyak pustakawan yang sudah menulis, tetapi justru malu jika tulisannya dibaca orang lain. Hal tersebut ditanggapi sinis oleh Moh. Mursyid “lho bagaimana orang lain akan percaya dengan tulisan kita jika kita sendiri tidak percaya?”, dari kutipan tersebut kita belajar bahwa untuk mendapatkan perhatian dari pembaca kita harus yakin dengan apa yang kita tulis. Dari kasus di atas bisa kita ketahui bahwa semua orang mampu untuk menulis, hanya persoalan mau atau tidak. Dalam hal ini kemauan menjadi kunci utama untuk memulai membuat sebuah tulisan.

Satu hal yang menarik ketika ditanya resep menjadi pustakawan penulis. Ia menjawab, “Menulis itu ibarat memasak”. Dijelaskan lagi bahwa tidak ada resep khusus untuk menulis, sama halnya tidak ada resep khusus untuk memasak secara enak. Sebagai contoh seorang Ibu yang memasak setiap hari, tanpa ditakar bumbu dan rempahnya-pun akan menghasilkan masakan yang difavoritkan oleh anak-anaknya. Semuanya mengalir begitu saja ketika penulis/pemasak melakukan kegiatan tersebut secara berulang-ulang hingga menjadi sebuah kebiasaan.

Menulis adalah sebuah proses panjang, yang tidak bisa dicapai secara instan. Untuk menjadi penulis, pada awalnya memang harus dipaksa. Dipaksa? Iya, tentu akan sakit di awal, tetapi seiring dilakukannya secara berulang-ulang maka kita akan menjadi terbiasa. Berawal dari kebiasaan itulah kita akan menemukan jati diri kepenulisan kita. Hal tersebut akan sangat terlihat pada tulisan kita yang pertama dengan tulisan yang ke sepuluh.

Di bawah ini adalah kumpulan karya-karya dari Moh. Mursyid:

Tuesday 24 November 2015

How to Write An Article?


Menulis, sesuatu yang kedengarannya mudah tetapi tidak banyak orang lakukan.  Dalam dunia akademik, menulis adalah keterampilan yang wajib dimiliki karena dengan menulislah komunikasi ilmiah antara akademisi bisa dilakukan. Dalam beberapa kesempatan bahkan seorang akademisi bisa mengenal betul orang lain hanya karena membaca tulisan-tulisan ilmiahnya. Berlandaskan fenomena itulah saya mencoba membahas ‘Bagaimana cara menulis artikel?’ di video diary LOL #LibrarianOnLine Episode ke-2 ini.

Pustakawan dan dunia kepenulisan, dua hal yang sangat dekat. Iya, selama ini kebanyakan pustakawan hanya mengelola informasi yang ditulis oleh orang lain. Sementara, kapasitas mereka sebagai sebuah profesi yang diakui atau tidak memberi efek kepada masyarakat sekitar juga sebenarnya mampu untuk menghasilkan sebuah karya (tulisan). Bahkan pada konsep kemas ulang informasi, pustakawan dituntut untuk bisa ‘menulis’, entah dengan media apapun. Untuk menyikapi permasalahan itu, saya merasa perlu membuat sebuah postingan yang berkaitan dengan pustakawan dan kepenulisan. Pustakawan harus mulai untuk menulis, entah di media apapun (termasuk video, cek #LibrarianOnLine).



Kebetulan sekali momentumnya pas. Saat ini Moh. Murysid, seorang pustakawan penulis mengajak teman-teman pustakawan untuk berkolaborasi, menulis sebuah buku bunga rampai berisi opini pustakawan mengenai tema yang ditentukan, yaitu ‘Bangga Menjadi Pustakawan’. Nah, disitu saya tertarik untuk belajar menulis, saya mencoba untuk bergabung dengan program yang diadakan Moh. Mursyid dengan mengirimkan satu artikel saya.

Tuesday 17 November 2015

LOL #LibrarianOnLine


Halo teman-teman, lama tidak berjumpa. Mohon maaf karena kemalasan saya, saya jarang nulis lagi di blog ini. Sebenarnya ada banyak sekali momen-momen penting yang tidak terdokumentasikan dalam blog ini. Namun, tenang saja teman-teman insyaallah mulai sekarang saya akan mencoba nulis lagi. Seperti muncul tiba-tiba, memangnya ada apa ya? Nah, itu adalah pertanyaan yang sangat lazim bagi teman-teman yang dulu sempat mengikuti beberapa postingan saya. Bukan karena apa-apa sebenernya, tetapi hanya karena kegelisahan saya saja yang ingin saya coba tuliskan, dan berharap mendapatkan respon dari teman-teman. Tujuannya apa? Tujuannya adalah untuk menemukan solusi-solusi dari permasalahan yang saya gelisahkan.

Nah kita mulai ya,

Pustakawan, begitu teman-teman mendengarnya. Apa yang ada di benak teman-teman? Saya menduga, bahwa dari jawaban teman-teman kebanyakan akan bilang “pustakawan adalah tukang jaga buku”, atau “pustakawan adalah tukang menata buku”. Tukang? Penjaga buku? Penata buku? Yap! Saya tidak akan membenarkan dan menyalahkan teman-teman. Karena dalam tulisan ini saya lebih ingin berdiskusi, bukan menghakimi. Saya sendiri, sudah hampir dua tahun bekerja di perpustakaan. Yang bisa dibilang bahwa saya adalah pustakawan. Baiklah, saya akan mengkonfrmasi apakah jawaban dari kebanyakan teman-teman, apakah benar atau salah? Jawaban saya adalah relatif. Relatif apa? Iya relatif, tergantung dari pustakawan yang teman-teman lihat. Dari kebanyakan yang teman-teman lihat pasti akan membentuk opini dan pengetahuan bagi teman-teman dalam mendefinisikan pustakawan.

Saya akan memberikan informasi mengenai definisi pustakawan menurut UU No 43 Tahun 2007. Secara singkat dijelaskan bahwa pustakawan adalah orang yang memiliki kompetensi dalam mengelola perpustakaan, tentu kompetensi tersebut tidak didapatkan secara instan, harus melalui pendidikan dan pelatihan. Lalu muncul pertanyaan jika hanya menata dan menjaga buku? Apakah harus jadi diploma, sarjana, master atau bahkan doktor? Menurut anda bagaimjana? Hmm, mulai ragu dengan keprofesian ini? Sebentar dulu!

Seperti yang saya sebutkan di awal, mungkin “menata buku” atau “menjaga buku” memang benar kami lakukan. Tetapi yang perlu digaris bawahi adalah, bukan hanya kegiatan tersebut yang kami lakukan. Lalu apa yang pustakawan lakukan? Iya seperti yang teman-teman sedang baca ini, kami bisa menulis, kami mengetahui tren, kami paham dengan perkembangan, kami bisa berkolaborasi dengan peneliti, kami bisa membuat sistem informasi, ya kami bisa apa saja. Permasalahannya adalah mengapa semua kebisaan tersebut tidak melekat pada pustakawan? Mungkin, karena teman-teman tidak pernah melihat pustakawan melakukan semua kebisaannya.
Nah tulisan saya kali ini akan mencoba membuat terobosan, agar pustakawan yang teman-teman anggap sebagai profesi yang kuno, monoton, kolot, dan kudet ini imenjadi profesi yang dikenal, dipertimbangkan, dan dijadikan cita-cita oleh anak-anak kita kelak. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan melakukan movement (perubahan). Movement ini saya beri istilah LOL, bukan laugh of loud, tetapi #LibrarianOnLine.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...