Saturday 30 June 2012

Setelah Dibuat Ternyata


Pasca liburan ke ibu kota tercinta Jakarta yang lebih mirip sama touring itu saya masih trauma naik bus. Sempat berniat muntah tetapi terhenti di tenggorokan, tragis bukan. [jangan dibayangkan] namun tenang saja saya belum akan mengulas kisah-kisah ketika saya bertolak dari Yogyakarta ke Jakarta atau sepulangnya. Saya akan menceritakan sedikit keasyikan saya di raungan 3 x 2,756 meter ini [kamar kos].
Awalnya saya biasa saja melihat sebuah link web yang direkomendasikan teman saya. Setelah saya telusuri menggunakan koneksi internet dari modem dengan paket unlimited saya, ternyata saya menemukan suatu keasyikan tersendiri. Saya menemukan halaman Dimana kita bisa membuat avatar wajah atau bahkan gambaran singkkta style kita. Dan saya mendadak alay.
Klik demi klik sudah saya lalui. Mulai dari bentuk wajah saya, kotak, elips, atau bahkan bulat saya sebenarnya kurang mengetahuinya. Dengan bantuan cermin saya melihat struktur morfologi wajah saya sebagai pedoman untuk membuat avatar agar hasilnya bisa semirip mungkin dengan aslinya [ganteng] tiba-tiba ayam tetangga tewas bunuh diri setelah mendengar itu.

Tuesday 26 June 2012

Entahlah, Daripada Tidak Sama Sekali



Hai garingers lama tak jumpa, akhir-akhir ini saya selalu menyibukkkan diri dengan urusan akademi saya yaitu ujian. Ya, tentu saya sebagai mahasiswa memang seharusnya begitu. Dan menurut saya hanya mahasiswa yang konyol yang tak mau meluangkan waktunya untuk bekajar demi kepuasan nilai dengan menandakan suksesnya ujian. Dan saya juga sadar, idealism tiap mahasiswa berbeda-beda.
Seperti keunikan yang akan saya ceritakan di wacana kali ini. saya akan menceritakan sebuah kekonyolan maksimal yang terjadi di kos saya menurut hemat saya saja. Tanpa hemat pakar-pakar (pakar rambut, pakar ketombe dan lain-lainnya).
Mulai dari kamar yang paling pojok: dihuni oleh dua pasang manusia (bukan berpasangan tetapi ya semacam itu saya menyebutnya duo dakwah *terjadi baru saja*). Mengapa saya namakan duo dakwah? Karena kebetulan mereka mengambil prodi di satu fakultas yang sama yaitu fakultas dakwah di salah satu perguruan tinggi islam. Dan itu tidak begitu special.

Wednesday 13 June 2012

Berbagi Sedikit Kejenuhan


Semakin lama semakin banyak saja yang berpikiran konyol. Segalal sesuatu yang terjadi hanyalah sebuah scenario layaknya sinetron aatau sebuah reality show. Sampai segitunya, bahkan saya sudah tak mempercayai adanya eksistensi kebenaran di televisi. Terlebih acara gossip dan reality show, bahkan acara favorit saya ajang pencarian bakat di salah satu stasiun televisi swasta. Ya saya menganggap itu hanya rekayasa semata. Mulai dari yang harus tereliminasi sampai, wacana tiap juri dalam mengomentari sang performer.
Memang aneh sekali jika kita sudah mengetahuinya betul rekayasa adanya tetapi masih sibuk meluangkan waktu unntuk menontonnya. Terlebih berebut remote televisi dengan sanak saudara, mengingat televisi di rumah hanya ada satu saja. Di sisi yang lain saya banyak menemukan kejenuhan dengan itu semua, saya butuh penyegaran. Acara-acara yang sehat di televisi. Tidak perlu reality show, cukup music bagi saya. Dan tentu music yang nyata, bukan acara reality show music. (cc. Inboksss, Duahsyar, Histeris ya?, Keliks, dan sebangsanya).
Terkadang saya lebih memilih untuk menolong teman saya memenceti jerawat di mukanya. Meski lebih mirip korban perang di Iraq karena mukanya penuh darah, dan penuh nanah oleh jerawat. Tetapi setidaknya saya lumayan terhibur olehnya, ketimbang acara-acara menjemukan, acara-acara unreality show, dan acara-acara yang bisa membuat ibu-ibu lupa akan tugasnya, bisa dikatakan acara-acara seperti itu adalah penyebab KDRT. Sangat tragis bukan?.

Tuesday 5 June 2012

Mengapa Harus Demikian?

Oleh: Thoriq Tri Prabowo
Semua hal yang sifatnya terencana memang akan lebih baik jika dipersiapkan jauh sebelum acara inti dimulai. Tak lupa di era ini jejaring sosial selalu menemani. Dalam rangka apapun, dalam acara apapun jejaring sosial selalu menjadi sebuah media vital. Masalah dokumentasi, sekertaris, dan lainnya akan lebih update jika kita pantau salah satu jejaring sosial yang sangat tenar di era ini. sebut saja facebook.
Kembali ke cerita di atas. Merencanakan sesuatu dengan lawan bicara facebook sebenarnya bukan kegiatan yang cukup baik. Semua selalu menjadi tidak surprise, dan sangat biasa. Contoh saja: “Sssttt! Hari ini aku mau bikin surprise ulang tahun buat pacaraku!” dan apa yang terjadi jika pihak bersangkutan membaca status facebook tersebut? Ya, anda benar. Sangat garing tentunya (paduan suara jangkrik).
Contoh diatas merupakan sebagian alasan mengapa saya tidak menjadikan facebook sebagai tempat mengadu saya. (bukan, bukan pleg seperti contoh yang di atas!). Saya selalu membayangkan facebook sebagai seorang psikolog, yang setiap hari menampung banyak cerita galau. Namun sayangnya psikolog itu hanya diam dan menunjuk orang tak dikenal untuk mengomentari atau bahkan menyukai  keluhannynya yang tertuang dalam status di dunia maya, konyol sekali bukan? Ya, anda tepat wacana saya garing.
Beranjak ke alasan saya berikutnya. Oh ya, pasti anda mengira jika saya anti jejaring sosial? Tidak, anda salah kali ini. (padahal tidak ada yang menjawab pertanyaan tersebut). Saya memanfaatkan jejaring sosial untuk beberapa hal yang dapat menunjang karir saya (saya bukan wanita karir). Terkadang urusan tugas kuliah saya, atau mungkin untuk iseng promosi blog garing saya (hore, tepuk tangan).
Apakah wacana saya kali ini berlebihan? Bahkan saya tidak mengetahui wacana yang proporsional tentang jejaring sosial. Apakah memang benar hakikat diciptakannya facebook oleh penciptanya hanya sekadar untuk narsis? Entahlah, dan saya juga tidak terlalu peduli perihal tersebut. Saya lebih suka menganggapnya sebagai peristiwa alam yang memang terjadi begitu saja, dan tentu merupakan perbuatan Tuhan yang pasti akan ada hikmahnya di akhir episode.
Lalu apa lagi yang seharusnya saya tuliskan? Saya juga kurang mengetahui perihall tersebut, namun saya mempunyai mitos tersendiri. Jika tulisan saya belum lengkap satu halaman, maka haram bagi saya sendiri untuk berhenti mengetik, meski ada beberapa detik saya sempat menghentikan permainan jari saya ketika mencari beberapa huruf yang hileng ketika kejenuhan mulai menyerang. Huruf “V” seringkali hilang di waktu itu.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...