Tuesday 24 November 2015

How to Write An Article?


Menulis, sesuatu yang kedengarannya mudah tetapi tidak banyak orang lakukan.  Dalam dunia akademik, menulis adalah keterampilan yang wajib dimiliki karena dengan menulislah komunikasi ilmiah antara akademisi bisa dilakukan. Dalam beberapa kesempatan bahkan seorang akademisi bisa mengenal betul orang lain hanya karena membaca tulisan-tulisan ilmiahnya. Berlandaskan fenomena itulah saya mencoba membahas ‘Bagaimana cara menulis artikel?’ di video diary LOL #LibrarianOnLine Episode ke-2 ini.

Pustakawan dan dunia kepenulisan, dua hal yang sangat dekat. Iya, selama ini kebanyakan pustakawan hanya mengelola informasi yang ditulis oleh orang lain. Sementara, kapasitas mereka sebagai sebuah profesi yang diakui atau tidak memberi efek kepada masyarakat sekitar juga sebenarnya mampu untuk menghasilkan sebuah karya (tulisan). Bahkan pada konsep kemas ulang informasi, pustakawan dituntut untuk bisa ‘menulis’, entah dengan media apapun. Untuk menyikapi permasalahan itu, saya merasa perlu membuat sebuah postingan yang berkaitan dengan pustakawan dan kepenulisan. Pustakawan harus mulai untuk menulis, entah di media apapun (termasuk video, cek #LibrarianOnLine).



Kebetulan sekali momentumnya pas. Saat ini Moh. Murysid, seorang pustakawan penulis mengajak teman-teman pustakawan untuk berkolaborasi, menulis sebuah buku bunga rampai berisi opini pustakawan mengenai tema yang ditentukan, yaitu ‘Bangga Menjadi Pustakawan’. Nah, disitu saya tertarik untuk belajar menulis, saya mencoba untuk bergabung dengan program yang diadakan Moh. Mursyid dengan mengirimkan satu artikel saya.

Tuesday 17 November 2015

LOL #LibrarianOnLine


Halo teman-teman, lama tidak berjumpa. Mohon maaf karena kemalasan saya, saya jarang nulis lagi di blog ini. Sebenarnya ada banyak sekali momen-momen penting yang tidak terdokumentasikan dalam blog ini. Namun, tenang saja teman-teman insyaallah mulai sekarang saya akan mencoba nulis lagi. Seperti muncul tiba-tiba, memangnya ada apa ya? Nah, itu adalah pertanyaan yang sangat lazim bagi teman-teman yang dulu sempat mengikuti beberapa postingan saya. Bukan karena apa-apa sebenernya, tetapi hanya karena kegelisahan saya saja yang ingin saya coba tuliskan, dan berharap mendapatkan respon dari teman-teman. Tujuannya apa? Tujuannya adalah untuk menemukan solusi-solusi dari permasalahan yang saya gelisahkan.

Nah kita mulai ya,

Pustakawan, begitu teman-teman mendengarnya. Apa yang ada di benak teman-teman? Saya menduga, bahwa dari jawaban teman-teman kebanyakan akan bilang “pustakawan adalah tukang jaga buku”, atau “pustakawan adalah tukang menata buku”. Tukang? Penjaga buku? Penata buku? Yap! Saya tidak akan membenarkan dan menyalahkan teman-teman. Karena dalam tulisan ini saya lebih ingin berdiskusi, bukan menghakimi. Saya sendiri, sudah hampir dua tahun bekerja di perpustakaan. Yang bisa dibilang bahwa saya adalah pustakawan. Baiklah, saya akan mengkonfrmasi apakah jawaban dari kebanyakan teman-teman, apakah benar atau salah? Jawaban saya adalah relatif. Relatif apa? Iya relatif, tergantung dari pustakawan yang teman-teman lihat. Dari kebanyakan yang teman-teman lihat pasti akan membentuk opini dan pengetahuan bagi teman-teman dalam mendefinisikan pustakawan.

Saya akan memberikan informasi mengenai definisi pustakawan menurut UU No 43 Tahun 2007. Secara singkat dijelaskan bahwa pustakawan adalah orang yang memiliki kompetensi dalam mengelola perpustakaan, tentu kompetensi tersebut tidak didapatkan secara instan, harus melalui pendidikan dan pelatihan. Lalu muncul pertanyaan jika hanya menata dan menjaga buku? Apakah harus jadi diploma, sarjana, master atau bahkan doktor? Menurut anda bagaimjana? Hmm, mulai ragu dengan keprofesian ini? Sebentar dulu!

Seperti yang saya sebutkan di awal, mungkin “menata buku” atau “menjaga buku” memang benar kami lakukan. Tetapi yang perlu digaris bawahi adalah, bukan hanya kegiatan tersebut yang kami lakukan. Lalu apa yang pustakawan lakukan? Iya seperti yang teman-teman sedang baca ini, kami bisa menulis, kami mengetahui tren, kami paham dengan perkembangan, kami bisa berkolaborasi dengan peneliti, kami bisa membuat sistem informasi, ya kami bisa apa saja. Permasalahannya adalah mengapa semua kebisaan tersebut tidak melekat pada pustakawan? Mungkin, karena teman-teman tidak pernah melihat pustakawan melakukan semua kebisaannya.
Nah tulisan saya kali ini akan mencoba membuat terobosan, agar pustakawan yang teman-teman anggap sebagai profesi yang kuno, monoton, kolot, dan kudet ini imenjadi profesi yang dikenal, dipertimbangkan, dan dijadikan cita-cita oleh anak-anak kita kelak. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan melakukan movement (perubahan). Movement ini saya beri istilah LOL, bukan laugh of loud, tetapi #LibrarianOnLine.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...