Sunday 27 May 2012

Tak Punya Flashdisk, Flashdisk Tetangga pun Jadi


Oleh: Thoriq Tri Prabowo
Huru-hara kuliah semenit demi semenit telah berlalu. Dan perlahan mahasiswa mulai melupakan tugas dan urusan kekuliahannya (janggal) karena memang sejak jaman kuliah mahasiswa selalu lupa akan tugas dan deadlinenya. (mudah-mudahan bukan saya)
Fenomena di atas ternyata bukan kabar yang cukup baik untuk Manyol sebutan untuk “Mahasiswa Konyol” yang ngalor ngidul hanya ngributin urusan jiplak-menjiplak tugas. Faktanya kuliah berakhir berarti ujian dimulai, dan itu kabar yang kurang baik.
Waktu bersantai di kos harus segera ditiadakan dan diganti dengan memburu slide presentasi dosen. Bagai semut mengerubungi gula, Manyol-Manyol beraksi mencari bocoran soal ujian. Dan parahnya mereka tak lebih baik daripada si semut yang masih mau berbagi dengan temannya yang lain. (pembelaan)
Banyak rupiah yang harus segera dibelanjakan kepada mas-mas fotokopi. Alhasil harta karun pun harus dibongkar demi meraup recehan yang beratnya kaya kapal selam rusia. Deadline yang galaknya sudah seperti anjing herder PMS itu tak mau tahu tentang semua urusan kita, yang Ia tahu hanyalah on time on time dan on time. Dan waktu itu saya selalu loncat dari lantai 2 kos saya, karena frustasi.
Peristiwa yang sering banget terjadi di masa itu adalah flashdisk hina. Menagapa disebut hina? Karena flashdisk yang virusnya sudah berkarat setebal dangkal badak karena sering keluar masuk rental printer yang satu ke rental yang lain. Dan parahnya seringkali hilang entah kemana, entah karena dipinjam, atau dirampas begitu saja. Mengingat sedang masa ngumpulin tugas. Flashdisk nganggur adalah berkah tersendiri.
Tak ada rotan, rotan tetangga pun jadi. Yah itu peribahasa yang sangat berperi ke-anak kosan banget. Tak ada flashdisk sendiri, punya tetangga pun jadi. Pernah ada tugas yang begitu sejubel, setebal kamus lima bahasa. Dan deaadlinenya jam 7 pagi. Malangnya saya baru menyelesaikannya pukul 05.30 pagi dan itupun lembur menghabiskan kopi se-jerigen. Nah, kondisi fakir flashdisk nampak ada yang bercahaya dari kejauhan, dan seperti yang diharapkan itu adalah flashdisk tetangga yang nganggur.

Saturday 19 May 2012

Garing itu Pilihan

Oleh: Thoriq Tri Prabowo
Jika anda pengguna jejaring sosial twitter pasti anda tidak asing dengan Raditya Dika. Ia adalah seorang comic (sebutan untuk pelaku stand up comedy) yang juga penulis buku humor. Buku-bukunya sering menjadi best seller. Kebanyakan buku yang ia tulis adalah buku bertema galau ala anak alay, tentu remaja-remaja ababil (ABG labil) sangat menggemarinya. Beberapa buku yang ia tulis diantaranya Kambing Jantan, Manusia Setengah Salmon, dll. Namun yang akan saya ceritakan disini bukanlah buku karangan Raditya Dika yang populer dengan tema galaunya tersebut. Meskipun saya ABG saya kurang nyaman jika saya dipanggil dengan sebutan ababil. Tak jauh dari buku humor, buku yang sempat membuat saya disangka orang gila itu adalah buku karangan Alitt Susanto (@shitlicious) yang seorang comic juga. Sedikit lebih dewasa dari Raditya Dika, buku berjudul Skripshit ini membahas tentang susah-senang, panas-dingin, gelap-terang menjadi seorang mahasiswa tingkat akhir yang bermaslah dengan jumlah semester yang kian menua.
Jika diamati penulis yang juga pengguna twitter tersebut memiliki nama yang cukup unik yaitu @shitlicious setelah saya baca ternyata nama tersebut memiliki makna yang cukup garing. Shit yang dalam bahasa inggris berarti “tinja”, dan licious diambil dari kata delicious yang berarti “lezat”, coba anda satukan maknanya. Saya berharap anda tidak sedang makan saat membaca ini. Kebiasaan saya membaca biografinya terlebih dahulu sebelum membaca isinya membuat saya semakin penasaran melihat nama aneh tersebut, setelah saya baca lagi ternyata penulis merupakan seorang mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Di Universitas Sanata Darma Yogyakarta, yang tidak jauh dari kampus saya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Ia merupakan mahasiswa tingkat akhir, saat ini menginjak semester 12 kalau tidak salah. Ketika itu juga saya mengelus dada dan berdoa semoga saja itu tidak terjadi pada diri saya.

Wednesday 16 May 2012

Tanya Jawab yang Sedikit Memancing Emosi

Oleh: Thoriq Tri Prabowo/10140021/IPI/IDKS (A)
Sejenak kita kembali ke masa itu. 13 minggu silam penulis memutuskan mengangkat tema yang tidak jelas ini ke permukaan dan khalayak. Alhasil respon negatif dan banyak tong sampah melayang di kepala. Meskipun demikian ia tetap bangga bisa menjadi orang yang konsisten, jika konsisten direfleksikan dengan postingan blog. Setidaknya konsisten selama 14 minggu dalam hidupnya. Tulisan yang [kadang] ilmiah itu penulis dapatkan dari ide dan gagasannya sendiri Proudly present anti plagiarism. Meskipun dalam tema, ideology, dan gaya bahasa banyak di pengaruhi oleh buku-buku yang pernah ia baca (Primbon, Buku binder catatan perkuliahan, dan buku pinjaman).
Berikut adalah beberapa pertanyaan-pertanyaan yang terkait perihal tulisan penulis yang memang sangat aneh dan garing itu. Kontroversi itu disajikan dengan format Tanya jawab:

Tuesday 8 May 2012

Frustasi

Oleh: Thoriq Tri Prabowo/10140021/IPI/IDKS (A)
Pada mingggu kali ini penulis benar-benar nyaris kehabisan ide garing (bukan berarti beliau telah menjadi normal) tetapi memang rasa-rasanya kegaringan di duina ini cukup terbatas layaknya bahan bakar minyak atau bahan bakar jelantah (termasuk jenis minyak). Terlepas dari sikap manusiawi penulis yang memang mempunyai kapasitas berpikir yang terbatas juga, melainkan memang deadline tugas yang semakin buas dan waktu yang semakin angkuh membuat semuanya hampir tidak mendapat predikat baik. Untuk mengakhiri paragraf pertama ini pun penulis masih kebingungan dan mencari kata-kata yang tepat untuk disusun menjadi sebuah kalimat penutup paragraf pertama yang serasi dengan kalimat-kalimat aneh sebelumnya. Dan penulis rasa kalimat itu sudah lumayan tepat, tanpa basa dan tanpa basi langsung saja transmigrasi ke paragraf selanjutnya. Jika ini adalah paragraf pertama, maka paragraf selanjutnya adalah paragraf kedua, bukan ketiga atau ke tujuh belas.
Tidak jauh beda dengan paragraf pertama, ternyata di paragraf kedua penulis masih merasa kebingungan menentukan tema apa yang akan diangkat minggu ini. Sebenarnya jika ditelusur lebih jauh kebingungan penulis adalah tak beralasan, mengingat tema inti dari tulisan beberapa minggu silam adalah kegaringan. Dan ini pun tidak perlu ditanyakan lagi berapa kadar kegaringannya (terdengar bunyi “kriuk…”). Lalu mengapa kebingungan itu terus dibahas lagi pada kalimat ini? mungkin itu adalah strategi penulis untuk mengulur-ulur tema yang sengaja dibuat tidak jelas dan agar para pembaca terkecoh dengannya sambil membayangkan dengan menggaruk-garuk kepala (“Ki wong ngomong opo yo?”). Para pembaca yang budiman, ternyata membuat pertanyaan dan menjawabnya sendiri adalah hal yang konyol sekali, dan penulis baru saja melakukannya. Ternyata paragraf kedua masih belum bisa menyelesaikabn masalah, dan penulis bermaksud melanjutkannya ke paragraf selanjutnya. Namun konflik batin terjadi, apakah paragraf berikutnya akan menyelesaikan masalah? (tanpa pikir panjang, penulis meng-klik ENTER)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...