Tuesday 8 May 2012

Frustasi

Oleh: Thoriq Tri Prabowo/10140021/IPI/IDKS (A)
Pada mingggu kali ini penulis benar-benar nyaris kehabisan ide garing (bukan berarti beliau telah menjadi normal) tetapi memang rasa-rasanya kegaringan di duina ini cukup terbatas layaknya bahan bakar minyak atau bahan bakar jelantah (termasuk jenis minyak). Terlepas dari sikap manusiawi penulis yang memang mempunyai kapasitas berpikir yang terbatas juga, melainkan memang deadline tugas yang semakin buas dan waktu yang semakin angkuh membuat semuanya hampir tidak mendapat predikat baik. Untuk mengakhiri paragraf pertama ini pun penulis masih kebingungan dan mencari kata-kata yang tepat untuk disusun menjadi sebuah kalimat penutup paragraf pertama yang serasi dengan kalimat-kalimat aneh sebelumnya. Dan penulis rasa kalimat itu sudah lumayan tepat, tanpa basa dan tanpa basi langsung saja transmigrasi ke paragraf selanjutnya. Jika ini adalah paragraf pertama, maka paragraf selanjutnya adalah paragraf kedua, bukan ketiga atau ke tujuh belas.
Tidak jauh beda dengan paragraf pertama, ternyata di paragraf kedua penulis masih merasa kebingungan menentukan tema apa yang akan diangkat minggu ini. Sebenarnya jika ditelusur lebih jauh kebingungan penulis adalah tak beralasan, mengingat tema inti dari tulisan beberapa minggu silam adalah kegaringan. Dan ini pun tidak perlu ditanyakan lagi berapa kadar kegaringannya (terdengar bunyi “kriuk…”). Lalu mengapa kebingungan itu terus dibahas lagi pada kalimat ini? mungkin itu adalah strategi penulis untuk mengulur-ulur tema yang sengaja dibuat tidak jelas dan agar para pembaca terkecoh dengannya sambil membayangkan dengan menggaruk-garuk kepala (“Ki wong ngomong opo yo?”). Para pembaca yang budiman, ternyata membuat pertanyaan dan menjawabnya sendiri adalah hal yang konyol sekali, dan penulis baru saja melakukannya. Ternyata paragraf kedua masih belum bisa menyelesaikabn masalah, dan penulis bermaksud melanjutkannya ke paragraf selanjutnya. Namun konflik batin terjadi, apakah paragraf berikutnya akan menyelesaikan masalah? (tanpa pikir panjang, penulis meng-klik ENTER)

Belum sempat membubuhkan tanda baca titik (.) setelah kata terakhir di paragraf sebelumnya, penulis mencoba menerangkan sesuatu yang sebelumnya masih samar-samar kegelapan. Dan semuanya terjadi begitu saja di paragraf ganjil ini, tanpa direncana sebelumnya. Tidak peduli dengan semuanya, penulis kembali melanjutkan perjalanan berpikirnya. Sesampainya di tengah jalan ternyata hujan lebat, dan ketika itu juga diputuskan untuk berteduh dan nyaman sekali sehingga enggan untuk beranjak dari tempat berteduh tersebut. Sekitar 15 (lima belas) menit hujan reda, dan niatan perjalanan seakan muncul kembali. Tanpa basa-basi perjalanan itu dilanjutkan dan tiba-tiba ia menghadapi jalan buntu. Singkat cerita penulis sempat tertidur untuk beberapa menit, saat beliau bangun ternyata 2 halaman di lembar kerja Ms. Wordnya belum penuh dan ia harus menerima kenyataan. Ternyata sama saja paragraf ini masih bercerita tentang kebingungan yang berkelanjutan (garing part II).
Sempat berpikir untuk meengakhiri semuanya disini, tetapi Ia masih terus mencoba menulis tanpa memperhatikan titik dan koma (bukan nama orang). Penulis mencurigai sesuatu mengapa konsentrasi menjadi sedikit berkurang, kaki bergetar saat berdiri, dan hidung terasa sedikit tersiksa mencium bau mulut yang sudah sekian jam tertutup menelan ludah. Apakah karena belum makan? Namun pertanyaan itu langsung terbantah, ternyata penulis sedikit lupa jika ia baru saja makan beberapa potong tempe goreng dan beberapa makanan ringan merk lokal denag tak lupa satu gelas softdrink beserta jamu tradisional beras kencur di salah satu acara penjengukan sesi perjamuan oleh partner kuliahnya yang sedang sakit (semoga lekas sembuh). Wacana semakin tidak jelas, karena terlanjur menulis judul “Frustasi” maka penulis berencana menuliskan akhiran yang sedikit nyambung, dan kata itu tidak lain adalah Frustasi.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...