Oleh: Thoriq Tri
Prabowo
Jika
anda pengguna jejaring sosial twitter pasti anda tidak asing dengan Raditya
Dika. Ia adalah seorang comic (sebutan untuk pelaku stand up comedy) yang juga
penulis buku humor. Buku-bukunya sering menjadi best seller. Kebanyakan buku
yang ia tulis adalah buku bertema galau
ala anak alay, tentu remaja-remaja ababil (ABG labil) sangat menggemarinya.
Beberapa buku yang ia tulis diantaranya Kambing Jantan, Manusia Setengah
Salmon, dll. Namun yang akan saya ceritakan disini bukanlah buku karangan
Raditya Dika yang populer dengan tema galaunya tersebut. Meskipun saya ABG saya
kurang nyaman jika saya dipanggil dengan sebutan ababil. Tak jauh dari buku humor, buku yang sempat membuat saya
disangka orang gila itu adalah buku karangan Alitt Susanto (@shitlicious) yang
seorang comic juga. Sedikit lebih dewasa dari Raditya Dika, buku berjudul Skripshit ini membahas tentang susah-senang, panas-dingin, gelap-terang
menjadi seorang mahasiswa tingkat akhir yang bermaslah dengan jumlah semester
yang kian menua.
Jika
diamati penulis yang juga pengguna twitter tersebut memiliki nama yang cukup
unik yaitu @shitlicious setelah saya baca
ternyata nama tersebut memiliki makna yang cukup garing. Shit yang dalam bahasa inggris berarti “tinja”, dan licious diambil dari kata delicious yang berarti “lezat”, coba
anda satukan maknanya. Saya berharap anda tidak sedang makan saat membaca ini.
Kebiasaan saya membaca biografinya terlebih dahulu sebelum membaca isinya
membuat saya semakin penasaran melihat nama aneh tersebut, setelah saya baca
lagi ternyata penulis merupakan seorang mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa
Inggris Di Universitas Sanata Darma Yogyakarta, yang tidak jauh dari kampus
saya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Ia merupakan mahasiswa tingkat akhir, saat
ini menginjak semester 12 kalau tidak salah. Ketika itu juga saya mengelus dada
dan berdoa semoga saja itu tidak terjadi pada diri saya.
***
Berawal
dari sebuah kamar di salah satu kos di sekitar Jalan Timoho yang merupakan kos
saya. Tepatnya di kamar pojok dekat tangga naik-turun yang menghubungkan lantai
satu dengan lantai dua, yang merupakan akses satu-satunya bagi penghuni kos
atas untuk ke kamar mandi, kecuali dengan cara lain yang sedikit berbahaya,
yaitu loncat dari ketinggian sekitar 3 meter karena posisinya di lantai dua.
Dan itu adalah kamar teman saya yang bernama Bayu. Sekilas saya melihat
pemandangan kamarnya nampak biasa saja, tidak ada tanda-tanda yang
mencurigakan. Namun ketika saya amati secara lebih teliti ternyata ada sesuatu
yang baru, yaitu pemilik kamar nampak kesurupan. Ia tertawa hebat tanpa ada
yang pernah mengetahui sebabnya. Setelah beberapa menit mengamati, saya
tertarik untuk menanyakaannya.
“Heh!
Kenapa kamu tertawa tersendu-sendu gitu?”.
Pertanyaan
standar yang saya tujukan padanya.
“Ini
lho buku Skripshit sumpah kocak banget”.
Timpalnya,
sambil tertawa dan bergegas melanjutkan membaca.
“Pinjem
deh…”.
Dengan
jujur, bangga, dan tegas, saya ceritakan rahasia saya. Ternyata lomba penulisan
artikel bertema “Book is Soundtrack of Your
Life” saya ikuti dengan bermodal buku pinjaman. Kalimat yang saya lontarkan
tadi mengakhiri perbincangan saya dan Bayu, sekaligus mengawali cerita ini.
***
Langsung
saja, seperti di film-film. Tiba-tiba malam datang dan saya sudah berhasil
membawa buku ke dalam kamar saya. Saya mengurung diri sejenak, menutup pintu
rapat-rapat dan mematikan lampu. Ternyata gelap sekali tulisan tidak mampu
terbaca dan, dan saya kembali membuka pintu lebar-lebar, menghidupkan lampu dan
teranglah ruangan saya. Seperti kebiasaan saya biasanya, saya membalik buku dan
mulai membaca dari halaman sampul buku paling belakang. Seusai membaca halaman
persembahan dan sinopsisnya, saya mulai menyoroti halaman awal buku. Saya masih
ingat betul buku diketik menggunakan font Calibri
(Body) ukuran 11 dengan
paragraf menjorok ke kanan. Ia mengawali ceritanya dengan pembukaan pengenalan
singkat kisah nyatanya dengan sebuah narasi konyol. Saat membacanya saya masih
dalam kondisi stabil dan belum begitu merasa gila, meski akal sehat sudah
sedikit terguncang, dan perut mulai keram menahan tawa.
Lazimnya
membaca buku dimulai dari judul artikel pertama. Saya temukan artikel itu pada
halaman 3. Adalah sesuatu yang tidak mungkin jika saya kembali menceritakan
kekonyolan buku tersebut satu per satu. Jika kebijaksanaan mulai menghampiri
apa boleh buat. Buku itu sangat bijaksana. Terlebih ketika penulis menceritakan
masa-masa kelamnya ketika bergelut dengan kemiskinan. Ia yang juga seorang wartawan
sering bolos kuliah untuk melaksanakan tugasnya demi mengais rupiah guna
menghidupi diri dan ibunya. Kata-kata yang paling saya ingat adalah:
“Kalau
aku bolos kuliah, separah-parahnya aku nggak lulus aku masih bisa ngulang tahun
depan, tetapi kalau aku nggak kerja, besuk aku nggak bisa makan dan mustahil
tahun depan bisa ngulang kuliah.” Ujar mahasiswa tingkat akhir yang kurang
mengidolakan profesi PNS itu.
Ketika
itu juga ia menjadi sesosok manusia yang sangat heroik nan bijaksana meskipun
tak mengenakan jubah, topeng, kumis tebal atau pun portable gun.
Bukan
berarti saya mendukung bolos kuliah. Tetapi pemikirannya begitu segar dan
realistis. Ia begitu tanggung jawab terhadap sesuatu yang telah ia perbuat. Kata-kata
yang tergolong nyelelek itu menurut saya sangat sakti dan luar biasa. Penulis
berani mengambil resiko besar, dan sekaligus memutuskan apa yang harus
laki-laki perbuat dalam kondisi seperti itu. Dan ia melakukannya dengan baik
meski harus mengulang beberapa mata kuliah.
Ohya,
beberapa potongan kata mutiara yang masih saya ingat lainnya adalah “Jangan pernah kasihani aku karena
kekuranganku, tetapi ejeklah aku karenanya. Agar aku merasa normal” ya,
saya sangat kagum dengan kalimat tersebut. Dalam beberapa kesempatan kita tak
bisa menghindari cercaan, ejekan atau dalam bahasa bulenya bullying, dan kita merasa tak seperti apa yang mereka katakana.
Terkadang kita perlu mempertanyakan, apakah kita seperti yang mereka katakana,
atau tidak. Dan alam tak cukup percaya hanya dengan omongan “TIDAK”. Perlu
adanya pembuktian. Ya setidaknya kalimat tadi sebagai motivasi sekaligus
penyeimbang antara alam sombong dan rendah diriku.
Ketika
saya terpuruk dalam kekurangan dan sialnya diejek. Seharusnya saya
berterimakasih kepada si pengejek, karena secara tidak langsung ia memberitahu
kekurangan saya, agar saya mau berbenah. Bijaksana luar biasa. Tiba-tiba
ruangan gelap dan sebuah cahaya terang menyoroti wajah saya dengaan iringan
musik biola.
***
Beberapa
bagian favorit saya ketika mahasiswa sesat itu memberi beberapa tips yang agak
konyol bagi saya. Oleh karena itu saya begitu tertarik untuk mencobanya. Kentut
di muka umum. Ya tindakan yang sering kali terjadi, namun begitu banyak yang
tak bisa menyiasatinya dengan sukses. Mari kita lihat apa yang bisa saya
perbuat dengan kentut itu.
Jam
kuliah yang tak kunjung habis kadang begitu menyiksa pantat. Terlebih
pantat-pantat yang sedang menderita menahan kentut, yang jika dilepas begitu
saja mungkin banyak korban muntah darah di kelas karena aromanya yang tak jauh
beda dengan aroma sempak komodo. Beberapa tips kentut yang bisa diaplikasikan
di tempat formal itu hanyalah dengan menyamarkan suara kentut. Maka tips ini
seyogianya dilakukan oleh orang yang kentutnya tak terlalu membabi buta.
Menyamarkan suara kentut di tempat seformal itu tidak boleh sembarangan.
Percobaan yang pernah saya lakukan adalah dengan mengkombinasikan suara batuk
dengan suara kentut tentunya.
Suara
batuk yang identik dengan “uhuk” dan
suara kentut yang identik juga dengan “pret”
merupakan dua karakter suara yang berbeda. Maka dalam mengkombinasikannya harus
mampu memadukan keduanya dengan waktu yang tepat. Secara bersamaan tentunya.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah adalah memainkan katup pantat
sesuai detak jantung. Nah ketika hembusan nafas keluar maka lakukanlah secara
bersamaan antara batuk dan kentutnya. Maka selesai sudah suara “pret” tersamarkan dengan suara “uhuk”.
Tetapi
akan sangat fatal akibatnya jika permainan tempo tidak dilakukan dengan baik.
Akan terjadi timpang nada, yang tak hanya false
jika didengarkan, tetapi juga menyiksa telinga dan hidung tentunya. Contoh saja
jika batuk dilakukan terlebih dahulu daripada kentut maka akan menghasilkan
bunyi “uhuk…pret…” atau sebaliknya
jika kentut dilakukan terlebih dahulu ketimbang batuknya, maka akan
menghasilkan suara “pret…uhuk…”. Akan
lebih parah jika batuk dan kentut itu dilakukan secara repetisi tebak sendiri
hasilnya.
***
Lagi-lagi
saya menuliskan sesuatu secara tidak jelas. Terlebih saya mengetahuinya jika saya
lanjutkan menulisa maka kepala saya sudah siap untuk bermahkotakan tong sampah.
Parahnya lagi si empunya buku sudah kesurupan seperti singa PMS meminta bukunya
untuk segera dikembalikan, dan yang saya tahu itu memperburuk keadaan. Akhir
kata:
Jujur
saja saya katakan jika blog pribadi yang saya buat Mengatasi Masalah dengan Menambah Masalah http://thoriqtriprabowobergurau.blogspot.com (Banci SPG Promosi Blog) merupakan sebuah
pelampiasan nafsu menulis saya dari pada banyak paha menjadi korban sebagai
media papan tulis saya. Terutama menulis wacana-wacana garing yang kurang laku
di pasaran. Dan entah karena sugesti, hipnotis, atau gendam tulisan saya
sedikit banyak dipengaruhi oleh gaya bahasa buku dan ideologi buku tersebut.
Baik dari segi ide, gaya bahasa, bahkan ideologi penulisannya. Ya inti dari
wacana di atas adalah kunjungi dan follow blog dan twitter (@thoriq03prabowo)
saya ya! (mulut manyun mirip onta Arab Saudi).
heh banci SPG kenape lu nggak ngomong kalo nama saya dicantumin disitu? nggak dikasih akun twitter ku juga lumayan kan numpang keren
ReplyDeleteKetika itu masih gratis makanya nggak saya cantumin mas bro, kalo sekarang sudah berbayar, bisa kok dicantumin twutternya, tarifnya cukup murah, mau? :D
Delete