Saturday 19 May 2012

Garing itu Pilihan

Oleh: Thoriq Tri Prabowo
Jika anda pengguna jejaring sosial twitter pasti anda tidak asing dengan Raditya Dika. Ia adalah seorang comic (sebutan untuk pelaku stand up comedy) yang juga penulis buku humor. Buku-bukunya sering menjadi best seller. Kebanyakan buku yang ia tulis adalah buku bertema galau ala anak alay, tentu remaja-remaja ababil (ABG labil) sangat menggemarinya. Beberapa buku yang ia tulis diantaranya Kambing Jantan, Manusia Setengah Salmon, dll. Namun yang akan saya ceritakan disini bukanlah buku karangan Raditya Dika yang populer dengan tema galaunya tersebut. Meskipun saya ABG saya kurang nyaman jika saya dipanggil dengan sebutan ababil. Tak jauh dari buku humor, buku yang sempat membuat saya disangka orang gila itu adalah buku karangan Alitt Susanto (@shitlicious) yang seorang comic juga. Sedikit lebih dewasa dari Raditya Dika, buku berjudul Skripshit ini membahas tentang susah-senang, panas-dingin, gelap-terang menjadi seorang mahasiswa tingkat akhir yang bermaslah dengan jumlah semester yang kian menua.
Jika diamati penulis yang juga pengguna twitter tersebut memiliki nama yang cukup unik yaitu @shitlicious setelah saya baca ternyata nama tersebut memiliki makna yang cukup garing. Shit yang dalam bahasa inggris berarti “tinja”, dan licious diambil dari kata delicious yang berarti “lezat”, coba anda satukan maknanya. Saya berharap anda tidak sedang makan saat membaca ini. Kebiasaan saya membaca biografinya terlebih dahulu sebelum membaca isinya membuat saya semakin penasaran melihat nama aneh tersebut, setelah saya baca lagi ternyata penulis merupakan seorang mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Di Universitas Sanata Darma Yogyakarta, yang tidak jauh dari kampus saya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Ia merupakan mahasiswa tingkat akhir, saat ini menginjak semester 12 kalau tidak salah. Ketika itu juga saya mengelus dada dan berdoa semoga saja itu tidak terjadi pada diri saya.

***
Berawal dari sebuah kamar di salah satu kos di sekitar Jalan Timoho yang merupakan kos saya. Tepatnya di kamar pojok dekat tangga naik-turun yang menghubungkan lantai satu dengan lantai dua, yang merupakan akses satu-satunya bagi penghuni kos atas untuk ke kamar mandi, kecuali dengan cara lain yang sedikit berbahaya, yaitu loncat dari ketinggian sekitar 3 meter karena posisinya di lantai dua. Dan itu adalah kamar teman saya yang bernama Bayu. Sekilas saya melihat pemandangan kamarnya nampak biasa saja, tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan. Namun ketika saya amati secara lebih teliti ternyata ada sesuatu yang baru, yaitu pemilik kamar nampak kesurupan. Ia tertawa hebat tanpa ada yang pernah mengetahui sebabnya. Setelah beberapa menit mengamati, saya tertarik untuk menanyakaannya.
“Heh! Kenapa kamu tertawa tersendu-sendu gitu?”.
Pertanyaan standar yang saya tujukan padanya.
“Ini lho buku Skripshit sumpah kocak banget”.
Timpalnya, sambil tertawa dan bergegas melanjutkan membaca.
“Pinjem deh…”.
Dengan jujur, bangga, dan tegas, saya ceritakan rahasia saya. Ternyata lomba penulisan artikel bertema “Book is Soundtrack of Your Life” saya ikuti dengan bermodal buku pinjaman. Kalimat yang saya lontarkan tadi mengakhiri perbincangan saya dan Bayu, sekaligus mengawali cerita ini.
***
Langsung saja, seperti di film-film. Tiba-tiba malam datang dan saya sudah berhasil membawa buku ke dalam kamar saya. Saya mengurung diri sejenak, menutup pintu rapat-rapat dan mematikan lampu. Ternyata gelap sekali tulisan tidak mampu terbaca dan, dan saya kembali membuka pintu lebar-lebar, menghidupkan lampu dan teranglah ruangan saya. Seperti kebiasaan saya biasanya, saya membalik buku dan mulai membaca dari halaman sampul buku paling belakang. Seusai membaca halaman persembahan dan sinopsisnya, saya mulai menyoroti halaman awal buku. Saya masih ingat betul buku diketik menggunakan font Calibri (Body) ukuran 11 dengan paragraf menjorok ke kanan. Ia mengawali ceritanya dengan pembukaan pengenalan singkat kisah nyatanya dengan sebuah narasi konyol. Saat membacanya saya masih dalam kondisi stabil dan belum begitu merasa gila, meski akal sehat sudah sedikit terguncang, dan perut mulai keram menahan tawa.
Lazimnya membaca buku dimulai dari judul artikel pertama. Saya temukan artikel itu pada halaman 3. Adalah sesuatu yang tidak mungkin jika saya kembali menceritakan kekonyolan buku tersebut satu per satu. Jika kebijaksanaan mulai menghampiri apa boleh buat. Buku itu sangat bijaksana. Terlebih ketika penulis menceritakan masa-masa kelamnya ketika bergelut dengan kemiskinan. Ia yang juga seorang wartawan sering bolos kuliah untuk melaksanakan tugasnya demi mengais rupiah guna menghidupi diri dan ibunya. Kata-kata yang paling saya ingat adalah:
“Kalau aku bolos kuliah, separah-parahnya aku nggak lulus aku masih bisa ngulang tahun depan, tetapi kalau aku nggak kerja, besuk aku nggak bisa makan dan mustahil tahun depan bisa ngulang kuliah.” Ujar mahasiswa tingkat akhir yang kurang mengidolakan profesi PNS itu.
Ketika itu juga ia menjadi sesosok manusia yang sangat heroik nan bijaksana meskipun tak mengenakan jubah, topeng, kumis tebal atau pun portable gun.
Bukan berarti saya mendukung bolos kuliah. Tetapi pemikirannya begitu segar dan realistis. Ia begitu tanggung jawab terhadap sesuatu yang telah ia perbuat. Kata-kata yang tergolong nyelelek itu menurut saya sangat sakti dan luar biasa. Penulis berani mengambil resiko besar, dan sekaligus memutuskan apa yang harus laki-laki perbuat dalam kondisi seperti itu. Dan ia melakukannya dengan baik meski harus mengulang beberapa mata kuliah.
Ohya, beberapa potongan kata mutiara yang masih saya ingat lainnya adalah “Jangan pernah kasihani aku karena kekuranganku, tetapi ejeklah aku karenanya. Agar aku merasa normal” ya, saya sangat kagum dengan kalimat tersebut. Dalam beberapa kesempatan kita tak bisa menghindari cercaan, ejekan atau dalam bahasa bulenya bullying, dan kita merasa tak seperti apa yang mereka katakana. Terkadang kita perlu mempertanyakan, apakah kita seperti yang mereka katakana, atau tidak. Dan alam tak cukup percaya hanya dengan omongan “TIDAK”. Perlu adanya pembuktian. Ya setidaknya kalimat tadi sebagai motivasi sekaligus penyeimbang antara alam sombong dan rendah diriku.
Ketika saya terpuruk dalam kekurangan dan sialnya diejek. Seharusnya saya berterimakasih kepada si pengejek, karena secara tidak langsung ia memberitahu kekurangan saya, agar saya mau berbenah. Bijaksana luar biasa. Tiba-tiba ruangan gelap dan sebuah cahaya terang menyoroti wajah saya dengaan iringan musik biola.
***
Beberapa bagian favorit saya ketika mahasiswa sesat itu memberi beberapa tips yang agak konyol bagi saya. Oleh karena itu saya begitu tertarik untuk mencobanya. Kentut di muka umum. Ya tindakan yang sering kali terjadi, namun begitu banyak yang tak bisa menyiasatinya dengan sukses. Mari kita lihat apa yang bisa saya perbuat dengan kentut itu.
Jam kuliah yang tak kunjung habis kadang begitu menyiksa pantat. Terlebih pantat-pantat yang sedang menderita menahan kentut, yang jika dilepas begitu saja mungkin banyak korban muntah darah di kelas karena aromanya yang tak jauh beda dengan aroma sempak komodo. Beberapa tips kentut yang bisa diaplikasikan di tempat formal itu hanyalah dengan menyamarkan suara kentut. Maka tips ini seyogianya dilakukan oleh orang yang kentutnya tak terlalu membabi buta. Menyamarkan suara kentut di tempat seformal itu tidak boleh sembarangan. Percobaan yang pernah saya lakukan adalah dengan mengkombinasikan suara batuk dengan suara kentut tentunya.
Suara batuk yang identik dengan “uhuk” dan suara kentut yang identik juga dengan “pret” merupakan dua karakter suara yang berbeda. Maka dalam mengkombinasikannya harus mampu memadukan keduanya dengan waktu yang tepat. Secara bersamaan tentunya. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah adalah memainkan katup pantat sesuai detak jantung. Nah ketika hembusan nafas keluar maka lakukanlah secara bersamaan antara batuk dan kentutnya. Maka selesai sudah suara “pret” tersamarkan dengan suara “uhuk”.
Tetapi akan sangat fatal akibatnya jika permainan tempo tidak dilakukan dengan baik. Akan terjadi timpang nada, yang tak hanya false jika didengarkan, tetapi juga menyiksa telinga dan hidung tentunya. Contoh saja jika batuk dilakukan terlebih dahulu daripada kentut maka akan menghasilkan bunyi “uhuk…pret…” atau sebaliknya jika kentut dilakukan terlebih dahulu ketimbang batuknya, maka akan menghasilkan suara “pret…uhuk…”. Akan lebih parah jika batuk dan kentut itu dilakukan secara repetisi tebak sendiri hasilnya.
***
Lagi-lagi saya menuliskan sesuatu secara tidak jelas. Terlebih saya mengetahuinya jika saya lanjutkan menulisa maka kepala saya sudah siap untuk bermahkotakan tong sampah. Parahnya lagi si empunya buku sudah kesurupan seperti singa PMS meminta bukunya untuk segera dikembalikan, dan yang saya tahu itu memperburuk keadaan. Akhir kata:
Jujur saja saya katakan jika blog pribadi yang saya buat Mengatasi Masalah dengan Menambah Masalah http://thoriqtriprabowobergurau.blogspot.com (Banci SPG Promosi Blog) merupakan sebuah pelampiasan nafsu menulis saya dari pada banyak paha menjadi korban sebagai media papan tulis saya. Terutama menulis wacana-wacana garing yang kurang laku di pasaran. Dan entah karena sugesti, hipnotis, atau gendam tulisan saya sedikit banyak dipengaruhi oleh gaya bahasa buku dan ideologi buku tersebut. Baik dari segi ide, gaya bahasa, bahkan ideologi penulisannya. Ya inti dari wacana di atas adalah kunjungi dan follow blog dan twitter (@thoriq03prabowo) saya ya! (mulut manyun mirip onta Arab Saudi).

2 comments:

  1. heh banci SPG kenape lu nggak ngomong kalo nama saya dicantumin disitu? nggak dikasih akun twitter ku juga lumayan kan numpang keren

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ketika itu masih gratis makanya nggak saya cantumin mas bro, kalo sekarang sudah berbayar, bisa kok dicantumin twutternya, tarifnya cukup murah, mau? :D

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...