Oleh: Thoriq Tri Prabowo
Lama tak jumpa temen-temen, iya ini malam saya nongol setelah lama 'ngilang' nggak jelas, nggak produktif, rugi banget hanya karena secuil kesibukan saya melupakan 'diary' ini. Iya sesuai yang saya bicarakan barusan, saya baru ingat bahwa salah satu fungsi weblog gratisan kaya punya saya ini fungsinya lumayan juga buat nyampah nggak jelas, terutama yang udah punya semua sosial media kayak facebook, twitter, path, instagram, semuanya udah nggak ada tempat aman buat nyampah atau sekedar curhat, nah disini nih yang lumayan aman untuk 'nyampah'.
Oke deh nggak usah buang-buang waktu. Dewasa ini, tepatnya setelah wisuda (10/08/2014) kehidupan saya terasa sangat melelahkan. Entah apa karena pada waktu itu saya memutuskan mengambil double job untuk menjadi Pustakawan di salah satu sekolah tinggi ilmu kesehatan di kota saya (Yogyakarta) dan menjadi Wartawan lepas dari salah satu dinas provinsi? Saya bertanya-tanya, hingga saya menemukan satu jawaban. Untuk melakukan keduanya saya secara fisik merasa cukup lelah, tetapi dari segi mental kedua pekerjaan tersebut memberi saya kepuasan tersendiri, terlebih memang karena saya lumayan tertarik pada kedua bidang tersebut. Saya mulai berpikir saya tidak mungkin akan merasa lelah mengerjakan satu hal yang saya sukai. Bukan, berarti jawabannya bukan itu gumamku dalam hati. Lalu muncul kembali apa yang membuat saya terus bertanya kegelisahan yang setiap malam saya rasakan, setiap malam selalu mengganggu tidur saya? Ada apa sebenarnya?
Fakta menarik lainnya, beberapa waktu terakhir ini saya cenderung memutar lagu yang itu-itu saja, mungkin tetangga kos saya sudah mulai bosan bertetanggaan kamar dengan saya. Lagu-lagu melankolis itu yang saya dengar, lagu-lagu sheila on 7 salah satunya seperti "Pria Kesepian", "Seberapa Pantas" dan "Pemuja Rahasia". Beberapa lagu tersebut selalu saya putar setiap pagi sambil saya menghabiskan segelas kopi panas saya. Secara musikal saya tidak menyangkal bahwa yang saya dengarkan adalah 'kualitas' dari pemain gitar Erros Candra sebagai salah satu Gitaris favorit saya. Lalu apa yang janggal sebenarnya? Karakter dari lagu itu. Iya karakter dari lagu itu bisa jadi adalah gambaran perasaan saya, perasaan saya kepada siapa? Entahlah saya tidak mengetahuinya.
Bisa jadi bisa jadi dalam hati. Beberapa clue tersebut setidaknya menjawab pertanyaan saya, pertama mungkin saja kesibukan saya (ciye gaya) sekarang membuat saya kesepian layaknya lagu "Pria Kesepian". Secara mental saya bisa dikatakan sendirian dan lebih akrab dengan gadget saya kini. Semakin jarang berinteraksi dengan teman-teman saya yang kocak dulu (Baca: Almanar). Iya saya jarang sekali bertemu dengan mereka, saya merindukan mereka, merindukan canda tawa gurauan kejahilan mereka yang kadang memang keterlaluan, tetapi saya tahu mereka adalah teman-teman saya yang selalu ada.
"Seberapa Pantas?" mewakili perasaan saya yang seperti apa lagu tersebut? Entahlah, mungkin saya bertanya pada diri saya sendiri. Sudah seberapa pantas saya sekarang, sudah berkembang kah, atau masih sama seperti yang dulu, atau justru malah mengalami kemunduran? Jika dipikir lagi bisa jadi hal ini menjadi akar pertanyaan kegelisahan saya. Saya selalu merasa kurang puas terhadap diri saya sendiri, sulit untuk mewujudkan mimpi yang saya tempel dengan lem kertas di dinding kos. Ada beban moral untuk mewujudkannya, tetapi tubuh ini terlalu malas untuk melakukannya. Apakah saya harus bertahan untuk mewujudkannya dengan segala perjuangan saya, keluhan, air mata bahkan darah haruskah kukorbankan untuknya?. Apa benar saya se-ambisius itu? Beberapa dari teman saya mengatakan hal yang demikian, jika begitu jelas jawabannya "tidak pantas" untuk saya perjuangkan. Karena tercapaipun impian saya, lambat laun 'ambisi' hanya akan membunuh saya.
Haruskah aku menjadi yang ke-tiga ini Tuhan? Beri jawaban secepatnya, amin. Apapun yang terjadi percayalah bahwa hanya kita yang mampu menyelamatkan diri kita sendiri dari kegelisahan tersebut. Caused of The Impossible is I'm-Possible.
Sekian dulu ya teman-teman, capek juga rasanya lama nggak ngetik hehe, dah...salam!
No comments:
Post a Comment