Wednesday, 4 April 2012

Jujur itu Keren, tidak Jujur itu tidak Keren

Oleh: Thoriq Tri Prabowo/10140021/IPI/IDKS A

Apa itu berbohong? Ada pepatah yang mmengatakan bahwa “lebih baik jujur walaupun itu menyakitkan, daripada manis ternyata hanya kebohongan belaka”. Masih relevankah pepatah itu di era informatika ini? kenyataannya banyak orang lebih memilih untuk tidak jujur. Melakukan kegiatan tidak jujur bisa disebut juga dengan kegiatan “berbohong”. Tidak perlu dibahas lebih lanjut tentang padanan kata atau sininimnya karena hanya akan menyita waktu. Siapa yang melakukannya? Lalu pertanyaan berikutnya adalah siapa saja yang melakukan suatu kebohongan? Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan standar untuk mengetahui siapa yang melakukan kegiatan itu secara universal tanpa ada kespesifikan lokasi, waktu, atau golongan tertentu. Pelaku kebohongan terbesar di seluruh dunia tidak lain tidak bukan adalah seorang Pembohong. Karena tidak mungkin jika penyanyi, dokter, atlet renang, ataupun penari suffle dance berbohong.
Bagaimanapun mereka berbohong mereka tetap mempunyai profesi utama. Contoh jika penyanyi berbohong, maka dia akan mampunyai profesi ganda dengan sebutannya Penyanyi Pembohong, dan hal itu tidak mungkin. Karena pada hakekatnya profesi adalah seuatu kegiatan yang menghasilkan materi atau apapun yang bisa digunakan untuk terus bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan lahiriah maupu batiniahnya. Sedangkan pembohong tidak masuk ke dalam criteria itu. Dokter, atlet renang, dan penari suffle dance pun juga begitu. Jadi sudah sangat jelas siapa yang melakukan kebohongan. Kapan peristiwa itu terjadi? Kegiatan berbohong ini berpeluang kita lakukan setiap hari, lebih mengerucut lagi bisa kita lakukan setiap jam, lebih parah lagi bisa kita lakukan setiap menit, dan lebih ekstrim lagi bisa kita lakukan setiap detik (jika masih ada satuan waktu yang lebih detail dari pada detik, disitulah terdapat potensi terjadinya kegiatan berbohong). Perbedaan berbohong dan tidak berbohong hanyalah terdapat pada kata “tidak”. Dan yang ini tidak perlu kita bahas juga karena akan lebih menghabisakan jatah tempat untuk tulisan yang lain. Dimana peristiwa itu terjadi? Mengingat kebohongan berpotensi dilakukan kapan saja, maka tidak membatasi ruang juga, kebohongan bisa dilakukan dimana saja tanpa batasan geografis, territorial, atau peraturan perbatasan negara. Kepala Negara, gubernur, walikota, pemimpin daerah kecamata, kepala desa, ketua RW, ketua RT, kepala keluarga, bahkan individu yang merdeka ini tidak membuat suatu kebijakan yang menangani kebohongan secara tegas. Meskipun tergambar dalam peraturan-peraturan Negara, namun tetap saja banyak yang berbohong. Hal ini menunjukkan bahwa kebohongan dapat terjadi dimana saja, mulai dari tempat yang sangat kumuh samapi tempat yang sangat bersih. Mulai dari tempat yang sangat sepi sampai tempat yang sangat ramai. Mulai dari sabang sampai merauke. Mulai dari bangunan gubuk bambu sampai gedung bertingkat, dan terus saja seperti itu dari generasi ke generasi. Bagaimana peristiwa itu terjadi? Kronologi kejadiannya terjadi begitu saja bahkan jarang sekali orang yang merencanankan kebohongan dengan matang semacam merencanakan suatu kebohongan masal serentak. Atau bisa disebut dengan kebohongan nasional. Dalam melaksanakan kebohongan tidak memerlukan pengajuan proposal, survey tempat, keadaan, perhitungan biaya yang teliti, dan perizinan polisi. Semua hal yang telah disebutkan tidak wajib dilakukan dalam melaksanakan kebohongan. Elemen-elemen yang diperlukan hanyalah pengamatan terhadap sesuatu yang akan dijadikan suatu kebohongan. Setelah elemen itu dipahami, dilanjutkan dengan tahap yang kedua, yaitu menyusun sesuatu skrip drama yang sekiranya selaras dengan cerita awal, dan selanjutnya baru pengaplikasiannya. Dalam kenyataannya para ahli bohong tidak melakukan kitu semua. Mereka melakukannya begitu saja tanpa persiapan terlebih dahulu dan anehnya itu berhasil.
Mengapa peristiwa itu terjadi? Jawaban yang paling valid untuk menjawab pertanyaan ini adalah dengan menuliskan pertanyaan tersebut pada sebuah kertas. Robek kertas tersebut, masukan kantong celana kita. Setelah itu keluarkan lagi kertas yang telah dimasukkan di kantong. Langkah terakhir adalah bercermin dan baca ulang pertanyaan tersebut.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...