Sebagian kalangan remaja menjadi seorang yang mampu mengenakan sebuah perlengkapan yang disebut dengan trendsetter adalah sebuah kebanggaan tiada tara, karena mereka merasa menjadi unggul jika dibandingkan dengan individu yang lainnya (bukan berarti anak tersebut merupakan bibit unggulan hibrida). Sejalan dengan itu banyak fakta mengemukakan beberapa tempat wajib remaja-remaja pengikut trend tersebut, tempat tersebut biasanya adalah mall. Menurut pandangan umum mall adalah tempat untuk mencurahkan hasrat belanja jika si penghasrat mempunyai uang, mungkin bagi kalangan remaja tadi mall memiliki arti yang lain, yaitu tempat untuk mencurahkan hasrat gaul mereka.
Anehnya lagi remaja masa kini menyalahgunakan istilah “gaul”. Kata tersebut sangat kontroversial karena jika dibubuhi imbuhan kata, definisinya akan menjadi sangat berbeda contoh; ber-gaul: berarti melakukan aktifitas interaksi sosial dengan individu atau kelompok yang lain dengan motif tertentu. Sedangkan contoh yang lain me-gaul-i jika dalam ejaan yang benar diluruskan menjadi “menggauli” yang berarti melakukan hubungan seks dengan lawan jenis secara langsung atau bisa juga disebut dengan fisik seks.
Lalu sebenarnya makna gaul yang sebenarnya menurut remaja tadi apa? Jika diterapkan kedua makna terpapar tersebut akan sangat tidak cocok, kita contohkan kalimat seorang remaja masa kini. “Ini sepeda vixie gue, gaul kan?” dalam kalimat tersebut yang menjadi obyek dari penderita justifikasi gaul adalah “sepeda vixie gue” lalu jika gaul dipaksakan maknanya sebagai interaksi sosial hasilnya akan menjadi: “Ini sepeda vixie gue, melakukan aktifitas interaksi sosial dengan individu atau kelompok yang lain dengan motif tertentu kan?” sangat tidak masuk akal jika sepeda vixie diumpamakan seperti itu, mungkin arti gaul pas diterapkan dengan makna kedua, ayo kita coba. “Ini sepeda vixie gue, melakukan hubungan seks secara langsung atau bisa juga disebut dengan fisik seks dengan lawan jenis kan?” lebih tidak masuk akal jika sepeda vixie bisa berbuat hubungan seks.
Jika kita aplikasikan dalam kehidupan nyata, makna “gaul” tersebut akan memberi dua konotasi yang berbeda jika gaul dimaknai sebagai interaksi sosial maka gaul akan mandapat tempat yang layak sebagai kubu positif, bertentangan dengan itu jika gaul dimaknai sebagai tindakan seks maka gaul menjadi sebuah istilah yang berkonotasi negative, karena pembahasan kali ini terkesan sangat memaksa maka pengetikan saya cukupkan sampai di sini saja, sampai jumpa di tulisan-tulisan garing saya selanjutnya.
sumpahhhh gag mudengg bangetttttt
ReplyDelete