Wednesday, 13 June 2012

Berbagi Sedikit Kejenuhan


Semakin lama semakin banyak saja yang berpikiran konyol. Segalal sesuatu yang terjadi hanyalah sebuah scenario layaknya sinetron aatau sebuah reality show. Sampai segitunya, bahkan saya sudah tak mempercayai adanya eksistensi kebenaran di televisi. Terlebih acara gossip dan reality show, bahkan acara favorit saya ajang pencarian bakat di salah satu stasiun televisi swasta. Ya saya menganggap itu hanya rekayasa semata. Mulai dari yang harus tereliminasi sampai, wacana tiap juri dalam mengomentari sang performer.
Memang aneh sekali jika kita sudah mengetahuinya betul rekayasa adanya tetapi masih sibuk meluangkan waktu unntuk menontonnya. Terlebih berebut remote televisi dengan sanak saudara, mengingat televisi di rumah hanya ada satu saja. Di sisi yang lain saya banyak menemukan kejenuhan dengan itu semua, saya butuh penyegaran. Acara-acara yang sehat di televisi. Tidak perlu reality show, cukup music bagi saya. Dan tentu music yang nyata, bukan acara reality show music. (cc. Inboksss, Duahsyar, Histeris ya?, Keliks, dan sebangsanya).
Terkadang saya lebih memilih untuk menolong teman saya memenceti jerawat di mukanya. Meski lebih mirip korban perang di Iraq karena mukanya penuh darah, dan penuh nanah oleh jerawat. Tetapi setidaknya saya lumayan terhibur olehnya, ketimbang acara-acara menjemukan, acara-acara unreality show, dan acara-acara yang bisa membuat ibu-ibu lupa akan tugasnya, bisa dikatakan acara-acara seperti itu adalah penyebab KDRT. Sangat tragis bukan?.

Bukan hanya ibu-ibu yang terhipnotis karenanya. Anak-anak dibawah umur mendadak berani mengungkapkan cintanya setelah melihat drama percintaan di siang hari mereka. Dan saat itu, tentunya banyak anak-anak yang patah hati juga karena kisah cintanya tak semulus kisah cinta yang mereka lihat di televisi. Beyangkan saja jika kelak hanya demi sebuah kekomersilan acara, salah satu home production mengeluarkan film dengan alur cerita percintaan yang lebih ekstrim. Bukan hanya anak-anak yang akan galau, tetapi para orang tua juga karena diresahkan tingkah anak-anak yang tiba-tiba meminta ayahnya untuk menikahkan mereka, karena ulah yang mereka lakukan. Sangat-sangat tragis.
Bukan hanya akan dikejutkan oleh tingkah ibu-ibu, dan anak-anak. Ketika banyak dijejali dengan tangisan, dan lagu sendu terkadang saya pun ikut terjun ke dalam lagu tersebut. Alhasil ikut galau. Namun yang akan saya bahas disini adalah: jika seorang kakek atau nenek melihat aksi lincah boyband dan girlband. Lalu apa yang akan terjadi pada kesehatan tulang mereka? Ya, mendengar ketakutan saya, saya tak mampu melanjutkan ceritanya, karena pasti akan lebih tragis ketimbang cerita-cerita sebelumnya. Tidak hanya itu, tetapi nenek dan kakek kita akan mempelajari kosa kata baru seperti: kamseupai, cupu, cemen, lo gue end, masalah buat lo?, dll.
Jika semua anggota keluarga sudah terjangkit virus itu lalu siapa yang akan merawat mereka dari sakitnya itu?. Mulai dari ibu-ibu yang lupa tugasnya, anak-anak yang berkembang tak sesuai dengan umurnya, dan kakek-nenek yang membeli banyak susu kalsium guna membantu kesehatan tulang mereka berlatih koreografi. Satu yang tersisa yaitu, ayah. Namun jika diteliti lebih lanjut ayah sedang terbang melaawn monster naga dengan rajawali saktinya. Wow, sakit semua!.
Ketika semua sudah terlanjur seperti ini hanya satu yang dapat menyelamatkan mereka dari sakit yang mereka derita. Tayangan televisi yang tak akan tayang tanpa adanya aliran listrik. Mungkin lebih baik jika petugas listrik secara diam-diam memutuskan aliran listrik ketika sekeluarga tengah dibius tayangan yang tidak sehat itu. Namun apalah daya jika petugas listrik ternyata menggunakan listriknya untuk menyerang musuh-musuh di padepokan yang lain karena berebut pusaka (lihat sinema laga). Ya, itu sedikit kejenuhan saya yang mampu saya bagi, saya harap anda bisa merasakan sedikit rasa itu. Salam jenuh tingkat akhir.

2 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...