Tuesday, 1 December 2015

Moh. Mursyid: Menulis Itu Ibarat Memasak


Lagi, saya akan berbicara mengenai tulisan. Seperti janji saya di LOL Eps.2 kemarin, saya akan berdiskusi dengan penulis pustakawan yang sudah ahli dan melalang buana, yaitu adalah Moh. Mursyid. Saya mengatakan demikian karena Ia memang pustakawan yang ahli di bidang kepenulisan, terbukti sudah beberapa buku yang Ia tulis dan terbitkan beberapa di antaranya adalah: Gerakan Literasi Membangun Negeri, Pustakawan dan Media Massa, Pembelajaran yang Menarik, Bangga Menjadi Pustakawan, Be A Writer Librarian (akan segera terbit) dan banyak artikel di media massa (Koran).
Moh. Mursyid

Banyak pustakawan yang sudah menulis, tetapi justru malu jika tulisannya dibaca orang lain. Hal tersebut ditanggapi sinis oleh Moh. Mursyid “lho bagaimana orang lain akan percaya dengan tulisan kita jika kita sendiri tidak percaya?”, dari kutipan tersebut kita belajar bahwa untuk mendapatkan perhatian dari pembaca kita harus yakin dengan apa yang kita tulis. Dari kasus di atas bisa kita ketahui bahwa semua orang mampu untuk menulis, hanya persoalan mau atau tidak. Dalam hal ini kemauan menjadi kunci utama untuk memulai membuat sebuah tulisan.

Satu hal yang menarik ketika ditanya resep menjadi pustakawan penulis. Ia menjawab, “Menulis itu ibarat memasak”. Dijelaskan lagi bahwa tidak ada resep khusus untuk menulis, sama halnya tidak ada resep khusus untuk memasak secara enak. Sebagai contoh seorang Ibu yang memasak setiap hari, tanpa ditakar bumbu dan rempahnya-pun akan menghasilkan masakan yang difavoritkan oleh anak-anaknya. Semuanya mengalir begitu saja ketika penulis/pemasak melakukan kegiatan tersebut secara berulang-ulang hingga menjadi sebuah kebiasaan.

Menulis adalah sebuah proses panjang, yang tidak bisa dicapai secara instan. Untuk menjadi penulis, pada awalnya memang harus dipaksa. Dipaksa? Iya, tentu akan sakit di awal, tetapi seiring dilakukannya secara berulang-ulang maka kita akan menjadi terbiasa. Berawal dari kebiasaan itulah kita akan menemukan jati diri kepenulisan kita. Hal tersebut akan sangat terlihat pada tulisan kita yang pertama dengan tulisan yang ke sepuluh.

Di bawah ini adalah kumpulan karya-karya dari Moh. Mursyid:









Satu hal yang mungkin teman-teman tidak ketahui tentang Mursyid (begitu Ia dipanggil). Proses yang dilalui Murysid untuk menjadi seperti sekarang sangat panjang, Ia bercerita bahkan Ia harus menunggu selama kurang lebih satu setengah tahun untuk melihat artikelnya dimuat di media massa. Bayangkan dalam kurun waktu selama itu Ia mencoba menulis dan terus menulis tanpa henti. Bahkan ada kisah menarik lainnya, untuk mengetahui apakah artikelnya dimuat atau tidak Ia selalu menyisihkan uangnya seminggu untuk membeli koran, dan hingga kini tumpukan koran tersebut sudah terkumpul sebanyak tiga kardus besar. Kita tidak menyangka jika seorang Moh. Mursyid mengalami kegagalan sebanyak itu. Dari kegagalan tersebut ia berpesan bahwa “jika saya menyerah pada waktu itu, mungkin saya tidak akan menghasilkan karya seperti sekarang”. Uniknya lagi Ia tidak akan pernah menjual tumpukan koran tersebut, “tumpukan koran tersebut, akan menjadi bukti otentik perjuangan saya dalam menulis” begitu paparnya.

Lalu bagaimana memaksa menulis, sementara saya tidak memiliki waktu untuk menulis? Saya sehari-hari bekerja sebagai pustakawan sibuk mengolah buku dan melayani pemustaka? Moh. Muryid menjelaskan bahwa memang menulis perlu pengorbanan. Artinya kita harus sedikit berusaha keras untuk melakukannya, kita perlu menyiasati keterbatasan tersebut. “Saya juga bekerja, dan pekerjaan di kantor memang tidak aka nada habisnya, untuk itu saya menyiasati, misal saya menulis di jam istirahat, setengah jam atau satu jam, saya lakukan rutin. Saya menulis tidak harus langsung jadi, saya mencicilnya” begitu tutur Moh. Mursyid.

Satu hal yang saya rangkum dari perbincangan saya dengan Moh. Muryid bahwa menulis memerlukan 1) kemauan, 2) percaya diri, dan 3) disiplin. Artinya semua berawal dari kemauan pustakawan sendiri, dari kemauan tersebut lalu susunlah target sehingga kita akan selalu berusaha mengejar dan melampaui target tersebut. Selanjutnya adalah kita harus yakin dengan apa yang kita tulis, untuk menambah kepercayaan diri memang perlu kompetensi, artinya penulis harus berwawasan luas. Untuk memperluas wawasan penulis juga harus gemar membaca. Dan yang terakhir adalah disiplin, baik dalam manajemen waktu maupun disiplin mengejar target. Artinya dimanapun tempatnya, ketika ada kesempatan luangkanlah waktu untuk menulis. Bukan, bukan sekedar meluangkan tapi paksakan diri untuk menulis.

Nah untuk lebih lengkapnya, teman-teman bisa menyakisakan video (LOL Eps. 3) wawancara saya dengan Moh. Mursyid di bawah ini. Semoga bermanfaat, semoga semakin banyak teman-teman yang terinspirasi untuk menjadi pustakawan penulis, amin.

Sumber: Channel Youtube Thoriq Tri Prabowo

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...